KEBUN TETANGGA YANG TERLIHAT SELALU HIJAU

on Selasa, 27 Juli 2010

Pagi itu sekitar pukul 9, saya baru bangun...mungkin bisa bangun lebih siang lagi kalau telepon pagi itu tidak membangunkan saya. sebuah telepon menjadi alat membangunkan yang cukup efektif. Pagi itu adik saya menelepon, begini bunyinya, (dari bahasa Sunda)
Ade: ka kapan pulang?
Saya: kurang tau, masih ada acara...mungkin minggu depan..
Ade: beliin game strategi ya, buat komputer ato film dvd terbaru..
Saya: insyaAlloh, tapi bulan depan y...soalnya ni akhir bulan, kakak bokek..
Ade: ya atuh, makasi...samlikum...

Nah, itu sepenggal pembicaraan dengan adek saya, usia kami berbeda 5 tahun. Sekarang dia duduk di bangku SMA kelas 1. Alhamdulillah sekarang kami cukup akrab satu sama lain, padahal dulu saya sama sekali tidak bisa akur dengan anak ini. Sekarang setidaknya saya sedikit mengerti keadaan dia. Adek saya hanya butuh perhatian lebih, karena ada beberapa hal yang memang saya pernah alami sebelumnya;

Sebuah Pola Mendidik
Semua orang tua pasti ingin anaknya berada di jajaran depan di segala bidang, ingin anaknya sukses, bisa inilah..bisa itulah...tak pelak, orang tua kami-pun membuat suatu standar apa yang mestinya bisa kami (anak-anaknya) capai. Banyak sekali cara untuk mem-boosting semangat kami agar mau mencapai keinginan mereka.
“Kebun tetangga akan selalu terlihat lebih hijau” pernah dengar pepatah ini? Secara terang-terangan dari saya kecil, kata ”eh coba liat si anu ” pasti ada, si Ibu selalu membandingkan kami dengan anak-anak lainnya yang memiliki kelebihan. Saya jujur saja yang haus pujian pasti cemburu dan ingin mendapatkan pencapaian ke tempat anak tersebut.
Sebenarnya ibu memang berniat baik, hanya saja ketika kami dalam proses mengejar pencapaian tersebut, kata-kata penyemangat dari beliau jarang kami dapat. Hanya ketika kami benar-benar mendapatkan pencapaian tersebut, pujian baru terlontar darinya. Dan itupun tidak berlangsung lama, karena terlontar lagi kata “eh coba liat si anu” yang lainnya. Dan sekarang, adik saya juga mengalami hal serupa.

Pola Pandang Masyarakat
Ternyata kata dalam kutip diatas tidak hanya ada di keluarga saya. tapi masyarakat sekitar juga membantu membentuk pola pikir ini. Hampir setiap orang tua membandingkan anaknya dengan anak yang lain. saya berfikir ketika dulu saya bisa masuk dan mengenyam pendidikan di tempat yang orang tua saya inginkan, sedangkan adik saya yang memang bernasib berbeda....apa yang adik saya rasakan ketika ayah dan ibu terus berbicara mengenai ekspektasinya yang tidak tercapai. Dan apa yang dirasakan adik saya ketika teman-temannya atau tetangga yang membicarakan dan membandingkan kami berdua. Memang bernar, hal ini sangat tidak perlu untuk dia dengarkan tetapi suara tersebut ada.

Dari hal-hal tersebut saya semakin sayang kepada adik saya. saya sedikit mengerti ketika dia membandel, atau ketika dia diam. Bahkan, pernah secara pribadi berbicara langsung kepada saya, tentang tekanan yang dia rasakan. Saya hanya bisa bilang, saya juga pernah melalui apa yang kamu lalui dan saya akan coba selalu menjadi kakak yang baik bagi kamu. Kata-kata inilah yang bisa sedikit menenangkannya karena dia sadar tidak melalui hal tersebut sendirian.

Tidak ada komentar:

RSS Subscribe

LinkWithin

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails

tamu


ShoutMix chat widget
Get cash from your website. Sign up as affiliate.